May 08, 2019
loading

INTELLECTUAL DISABILITY

Posted by    admin

INTELLECTUAL DISABILITY

 

Intellectual disability adalah gangguan dengan onset selama masa perkembangan meliputi defisit pada fungsi intelektual dan fungsi adaptif dalam domain konseptual, sosial dan praktikal (DSM-5, 2013).

Tingkat keparahan dari gangguan ini, di bagi kedalam 4 level, yaitu :

1. Mild/ringan

Mengalami beberapa kesulitan dalam mempelajari keterampilan akademik seperti membaca, menulis, aritmatika, konsep waktu dan pemahaman tentang uang. Membutuhkan dukungan di satu area atau lebih untuk dapat memenuhi ekspektasi sesuai usianya.

Interaksi sosial yang immature dibandingkan teman seusianya. Kesulitan dalam meregulasi emosi dan berperilaku sesuai usianya. Pemahaman situasi sosial yang terbatas dan beresiko untuk dimanipulasi orang lain.

Personal care berfungsi sesuai usia hanya memerlukan sedikit dukungan untuk tugas tugas keseharian yang kompleks dibandingkan teman sebayanya.

2. Moderate/sedang

Untuk anak-anak pra sekolah, kemampuan berbahasa dan pre academic skill berkembang secara perlahan. Pada anak usia sekolah, kemajuan dalam membaca, berhitung serta pemahaman waktu dan uang berjalan lambat selama masa sekolah dan terlihat jelas adanya keterbatasan ketika dibandingkan dengan teman sebaya.

Terlihat perbedaan yang nyata dalam perilaku sosial dan berkomunikasi dibandingkan teman sebaya. Penggunaan bahasa lisan yang sederhana dalam berkomunikasi sosial. Memerlukan pendampingan tingkat sedang dalam pemilihan keputusan karena keterbatasan dalam penilaian sosial dan kemampuan memilih tindakan/keputusan.

Dapat melakukan perawatan diri seperti makan, berpakaian, eliminasi dan hygiene walaupun memerlukan tambahan periode pengajaran dan waktu yang lebih panjang agar mampu mandiri di area tersebut.

3. Severe/parah

Pencapaian keterampilan konseptual terbatas. Hanya sedikit memahami bahasa tulisan dan konsep dasar meliputi angka, jumlah, waktu dan uang. Memerlukan dukungan ekstensif untuk problem soving sepanjang kehidupannya.

Bahasa lisan yang sangat terbatas baik dari kosakata maupun grammar. Berbicara menggunakan kata atau frase tunggal. Memahami pembicaraan sederhana dan komunikasi menggunakan gesture.

Memerlukan dukungan untuk keseluruhan aktivitas sehari-hari seperti makan, berpakaian, mandi dan eliminasi. Butuh supervisi sepanjang waktu.

4. Profound/berat

Keterampilan konseptual melibatkan aspek fisik dibandingkan proses simbolik.

Pemahaman komunikasi simbolik yang sangat terbatas dalam berbicara atau menggunakan gesture. Lebih banyak menggunakan isyarat non verbal (komunikasi non symbolic) untuk mengekspresikan keinginan dan emosinya. Hanya memahami beberapa instruksi atau gesture yang sangat sederhana.

Menggantungkan diri pada orang lain untuk keseluruhan aspek perawatan fisik sehari hari, kesehatan dan perlindungan. Mereka yang tidak mengalami cacat fisik, dapat didampingi untuk tugas kerja sehari-hari di rumah, seperti meletakkan piring kotor ke tempat cuci piring.

Faktor etiologi dari intellectual disability (Katz G & Ponce E.L, 2007) :
1. Faktor genetik
2. Faktor herediter
3. Acquired factor 
    a. Congenital (metabolic, toxic, infectious)
    b. Developmental (prenatal, perinatal, post
        natal period)
    c. Faktor lingkungan dan sosial budaya (kemiskinanan)

Tulisan ini hanya gambaran umum dari kondisi intellectual disability. Penanganan yang tepat dari intellectual developmental disorder ini akan sangat bergantung pada tingkat severity dari kondisi Intellectual Disability yang dialami oleh anak. Untuk mendapatkan gambaran klinis yang tepat dari kondisi yang dialami oleh anak akan memerlukan bantuan penanganan profesional sesuai bidangnya (psikolog atau psikiater anak).

Jika anak mengalami problem dalam fungsi akademik, interaksi sosial dan fungsi praktikal seperti perawatan diri/personal care dimana performa kemampuannya berada dibawah usianya, berkunjunglah ke tenaga profesional kesehatan jiwa untuk penegakan diagnosis dan pelaksanaan treatment yang tepat. Jangan ditunda.

 

Miranty Novia Wardhani, S.Psi

RS. dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

  • Share to :