September 10, 2019
loading

SELF REGULATION DAN EXECUTIVE FUNCTION (1)

Posted by    admin

SELF REGULATION DAN EXECUTIVE FUNCTION (1)

Self regulation adalah kemampuan seseorang untuk mengelola kesiapsiagaan saat menghadapi tuntutan tugas, merespons stress secara tepat, mengelola emosi dan mengendalikan impuls/dorongan.

Self regulation tidak sama dengan self control.
Self control lebih mengacu pada willpower/tekad (Shanker, 2016). Regulasi diri ini berjalan beriringan dengan fungsi eksekutif pada otak. EF ini adalah kemampuan merencanakan dan mengorganisir ide- ide, mempertahankan informasi di kepala, menyaring distraksi, mengontrol emosi dan ?eksibilitas dalam menyelesaikan masalah.

Anak tidak secara natural memiliki keterampilan tersebut, tetapi mereka memiliki kapasitas untuk mengembangkan kemampuan tersebut dengan dukungan dari orang tua, guru, dan orang dewasa di sekitarnya.

Anak dengan ADHD (Atention De?cit/Hiperactivity Disorder) SPD (sensory processing disorder) dan autism biasanya akan mengalami problem dan kesulitan dalam mempelajari keterampilan regulasi diri ini. Namun, pada anak-anak tanpa gangguan perkembangan pun, kemampuan ini bisa saja terhambat dan terlambat.

Anak-anak yang memiliki problem regulasi diri biasanya impulsif (langsung bertindak tanpa berpikir dahulu), sulit untuk menunggu, dan sukar mengambil jeda sesaat ketika beraksi.

Anak yang impulsif pada umumnya berbicara di waktu yang tidak tepat, mudah teralih saat beraktivitas dan sangat reaktif terhadap situasi dibandingkan teman sebayanya.

Self regulation adalah base utama yang mesti ditumbuhkembangkan sebelum anak mempelajari keterampilan akademik di level yang lebih tinggi dan mencapai tingkat perkembangan yang lebih sehat.

Anak-anak memerlukan kemampuan untuk mengelola diri sendiri, dan mempertahankan atensi sebelum mereka siap menghadapi tuntutan tugas akademik yang lebih menantang (duduk tertib di kelas serta mendengarkan guru saat belajar).

Keterampilan meregulasi ini adalah dasar bagi anak agar mereka dapat mengembangkan dirinya di hampir semua aspek kehidupan. Tidak hanya urusan akademik semata namun juga masalah kehidupan pada umumnya.

Bagaimana cara melatihnya? Langkah awalnya adalah mereka belajar untuk mengendalikan tubuhnya terlebih dahulu.

Terdapat sejumlah permainan yang dapat dimainkan anak dan bermanfaat dalam menstimulasi berkembangnya regulasi dalam diri ini.

De?nisi operasional yang menggambarkan anak yang well regulated ini adalah anak yang mau menunggu giliran/sabar, mampu berempati, tertib dan disiplin, tenang serta fokus.

Impian bagi para orang tua.

Sebelum mereka mampu mencapai tahapan tersebut, yang harus dikembangkan dulu adalah kesadaran anak akan tubuhnya, bagaimana mereka mengintegrasikan sensorinya sehingga mampu mengontrol tubuhnya sendiri dan menyeimbangkannya dalam melakukan aktivitas.

De?nisi tertib, empati, disiplin, tenang itu sesuatu yang abstrak untuk anak, tapi kalau kita sampaikan dalam bentuk yang konkrit, misalnya : "Kita bermain bergiliran, kakak duluan setelah itu kamu, ketiga mama. Kamu boleh jalan setelah kakak mengocok dadunya"

Anak akan mulai belajar mengendalikan dorongan dalam dirinya. Menahan diri untuk tidak menyerobot dan belajar untuk fokus pada permainan, kapan gilirannya tiba.

Sederhana tetapi sangat efektif.

Lewat permainan, anak-anak akan mengimplementasikan bagaimana caranya mengendalikan impulsnya dengan mengontrol tubuhnya dulu, yaitu duduk diam, menahan tangan dan kakinya untuk tidak bergerak mengambil dadu sebelum gilirannya tiba.

Jika mereka terlatih mengontrol tubuhnya, maka lambat laun anak akan belajar untuk fokus dan tenang.

Miranty Novia Wardhani, S.Psi
RS. dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

  • Share to :