September 19, 2019
loading

IBU BEKERJA DAN MENGASUH BAYI

Posted by    admin

IBU BEKERJA DAN MENGASUH BAYI

Kebimbangan kerap kali dirasakan oleh seorang ibu bekerja yang baru saja melahirkan bayi. Apakah tetap bertahan dalam pekerjaan atau berhenti bekerja dan mengurus bayinya penuh waktu?

Jika memutuskan tetap bertahan, biasanya akan ada drama yang dialami setiap pagi saat akan berangkat bekerja. Sebenarnya drama seperti ini terjadi saat anak sudah mengerti situasi. Mungkin sekitar usia 2 tahun ke atas. Si kecil sudah paham ibunya akan pergi bekerja setiap pagi.

Semasa anak masih bayi, kon?ik ini justru lebih terasa di diri ibu ketika harus berangkat keluar rumah setiap harinya. Bayinya mungkin baik-baik saja, kondisi tenang bahkan mungkin sedang tertidur lelap.

Sebaliknya, ibunya justru yang merasakan kesedihan dan kebimbangan.

Terdapat sejumlah tips yang dapat dilakukan oleh seorang ibu yang bekerja untuk menstabilkan kondisi emosi saat mesti meninggalkan si kecil di rumah bersama pengasuhnya.

1. Siapkan semua kebutuhan bayi secermat mungkin. Pastikan stok ASI perah atau susu formula tercukupi. Cek persediaan diaper, tissue basah, lotion, obat- obatan maupun perlengkapan lainnya dalam kondisi aman.

Jika bayi sudah berada dalam fase makan makanan padat, siapkan makanannya pada malam sebelumnya. Apakah ibu akan menyediakan MPASI homemade atau instan, itu hanyalah masalah pilihan, yang penting makanannya tersedia.

2. Susun jadwal dan pembagian tugas secara lengkap dan detail. Buatlah daftar aktivitas dan rutinitas yang harus dilaksanakan pengasuh selama ibu bekerja.

Berapa jam sekali pemberian susunya dan berapa mili yang harus dihabiskan dalam satu kali waktu pemberian susu. Kalau perlu buatlah chart yang harus diisi pengasuh sebagai laporan harian. Bekerja samalah dengan baik.

3. Buatlah daftar nomor-nomor telpon penting dan simpan di tempat yang mudah terlihat. Nomor siapa saja? Ayah, ibu, kerabat dekat, tetangga, dokter anak dan Rumah Sakit. Sampaikan pada pengasuh kondisi seperti apa yang mengharuskannya menghubungi nomor-nomor tersebut.

4. Siapkan support system yang baik dalam fungsi pengawasan kerja pengasuh bayi. Ibu bisa mengandalkan tetangga dekat, keluarga atau memanfaatkan teknologi (CCTV). Sesekali lakukan sidak untuk mengobservasi situasi di rumah selama ibu bekerja.

5. Tetap tenang saat perpisahan. Kecemasan yang timbul karena perasaan bersalah bukanlah awal yang bagus untuk memulai hari. Perasaan apapun yang bergejolak, tetaplah tenang dan kendalikan diri ketika meninggalkan bayi bersama pengasuhnya. Tak perlu drama berlebihan.

Ibu dan bayi memiliki ikatan batin yang kuat. Saat ibu gelisah, maka bayi pun akan rewel. Saat ibu bersedih maka bayi pun akan terus menangis.

6. Jangan berlama-lama, cepatlah berangkat. Beri ciuman dan pelukan hangat, pastikan bayi aman berada bersama pengasuhnya, lalu tinggalkan. Semakin mengulur-ulur waktu akan semakin tidak karuan suasana hati.

7. Jangan menyerah. Ini poin penting yang utama. Ajarkan rutinitas kerja ayah dan ibu sebagai bagian dari kehidupan bayi yang harus dijalani setiap hari.

8. Segeralah pulang ketika jam kerja usai. Ambil alih semua urusan bayi dari pengasuhnya begitu tiba di rumah. Susui langsung, peluk dan dekap bayi sesegera mungkin. Gunakan waktu dengan efektif untuk membangun kualitas kelekatan yang baik antara ibu dan bayinya.

9. Batasi fungsi pengasuh hanya selama ibu tak ada di rumah. Selebihnya lakukanlah sendiri segala hal yang berkaitan dengan urusan bayi ketika ibu berada di rumah. Bekerjasamalah dengan suami dalam menjalani peran sebagai orang tua.

10. Ubah rasa bersalah menjadi dorongan untuk menciptakan hubungan interaksi yang lebih berkualitas antara ibu dan bayi. Ibu yang bahagia dan yakin dengan dirinya sendiri akan mampu menciptaka suasana psikologis yang aman, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk bayinya.

***

Identi?kasilah kemampuan diri sendiri. Sesungguhnya hanya sang ibulah yang paham sejauh mana kekuatan dirinya untuk bertahan menjalani suatu kondisi, baik secara ?sik maupun psikis.

Jika memilih untuk bekerja, maka hadapilah segala resiko yang menyertainya dari keputusan yang telah dibuat.

Apabila ibu masih terganggu dengan pandangan dan pendapat orang mengenai fungsi dan perannya, itu artinya ia belum siap menjalani pekerjaan sebagai bagian dari kehidupan.

Pertimbangkan kembali keputusan yang sudah dibuat, diskusikan lagi dengan keluarga dan pasangan untuk menentukan pilihan yang paling tepat.

Ibu yang percaya diri dan yakin dengan apa yang dilakukannya akan mampu mendorong dirinya sendiri untuk berfungsi maksimal dalam setiap peran yang dijalaninya.

Para ibu, bersemangatlah dan jadikan setiap peran sebagai jalan menuju kebaikan. Berhentilah membandingkan mana yang lebih baik, fokuslah dengan kehidupan masing-masing. Saling bersinergi untuk menciptakan lingkungan pengasuhan yang baik bagi anak-anak.

Selamat bekerja!

Miranty Novia Wardhani, S.Psi
RS. dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

  • Share to :