September 15, 2020
loading

JARING PELINDUNG AKTIVITAS ONLINE ANAK

Posted by    admin

JARING PELINDUNG AKTIVITAS ONLINE ANAK

 

            Di masa pandemi saat ini, kita tak mungkin menghindarkan anak dari aktivitas di depan layar. Ketika mereka mesti mengikuti PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), aktivitas online menjadi rutinitas baru yang mesti dilakukan oleh anak. Bahkan saat orang tua berada di rumah sekali pun, mustahil untuk  memonitor aktivitas online anak setiap saat. Komponen penting yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah membimbing dan melatih anak untuk memahami online safety serta membangun cricital thinking dan kemampuan untuk memutuskan mana pilihan yang terbaik. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua dalam menyiapkan jaring pelindung  bagi anak saat beraktivitas online, yaitu :
1. Membangun hubungan terbuka dan saling percaya antara orang tua dan anak mengenai teknologi. Ini bisa dilakukan dengan cara berdiskusi santai tanpa menghakimi yang sifatnya terbuka (menerima apapun yang disampaikan anak), mendukung pilihan anak yang tepat, serta mengarahkan ke tindakan sesuai value keluarga. Berdayakan anak sehingga mereka akan berbicara dengan orang tua saat menemui sesuatu yang salah atau merasa tidak nyaman saat beraktivitas online.

2. Temani dan damping anak saat beraktivitas online. Ini akan membantu orang tua memahami lebih baik apa yang dilakukan oleh anak dan mengapa mereka menikmati aplikasi, game ataupun situs tertentu, dengan terus menggunakan kesempatan tersebut untuk membuka percakapan mengenai “online safety”.

3. Bangun kebiasaan yang baik dan bantu anak mengembangkan kecerdasan digital serta keterampilan sosial dan emosinya. Apa saja? Perilaku respek, empati, berpikir kritis, tanggung jawab dan resiliensi. Latih mereka untuk menjadi warganet yang cerdas dan bertanggung jawab.

4. Berdayakan anak. Gunakan setiap kesempatan jika memungkinkan melatih anak untuk membuat keputusan yang bijak bagi dirinya sendiri. Lebih banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan menumbuhkan personal insight nya dari pada memberitahukan begitu saja apa yang seharusnya mereka lakukan. Fasilitasi mereka dengan berbagai strategi cara menghadapi pengalaman online negatif yang akan membangun kepercayaan diri dan tingkat resiliensinya.

5. Gunakan gadget hanya di area keluarga (terbuka) dalam rumah. Ini supaya orang tua tetap dapat mengelola dan mengawasi dengan siapa anak berinteraksi melalui HP, tab, smart TV, konsol game atau peralatan teknologi lainnya yang terkoneksi secara online.

6. Atur waktu antara aktivitas online dan offline. Sepakati bersama dalam keluarga terkait penggunaan teknologi untuk membantu mengelola keinginan/harapan setiap anggota keluarga, meliputi kapan dan dimana saja penggunaan teknologi tersebut diijinkan.

7. Pelajari setiap aplikasi, games dan situs media sosial yang digunakan oleh anak, pastikan dari segi ketepatan usia, dan pelajari bagaimana cara membatasi chat online atau pengiriman pesan serta fungsi location-sharing melalui aplikasi atau game. Hal tersebut dapat membuat anak terekspos pada kontak yang tidak diinginkan dan membuat orang lain mengetahui keberadaan anak.

8. Cek privacy settings pada games dan aplikasi yang digunakan anak dan pastikan profil mereka terlindungi melalui pengaturan privasi. Batasi akses dari kontak tak dikenal dan minta anak untuk berbicara pada orang tua sebelum menerima permintaan pertemanan.

9. Gunakan aplikasi parental controls pada peralatan teknologi yang mereka gunakan sehingga orang tua dapat membantu menyaring konten berbahaya, mengawasi waktu di depan layar dan menutup akses mereka ke fungsi teknologi lain yang lebih membahayakan keselamatannya.

10. Waspadalah terhadap tanda-tanda/sinyal distress yang ditunjukkan anak. Kelelahan, gangguan tidur, pola makan berubah, sakit kepala, cepat marah, menjauhkan diri dari teman/keluarga dll.

 

Miranty Novia Wardhani, S.Psi

RS Jiwa dr. H. Marzoeki mahdi Bogor.

  • Share to :