July 06, 2021

3 Anggapan tentang Gangguan Jiwa yang Keliru

Posted by    admin

Stigma negatif terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di masyarakat masih terjadi. Hal tersebut bisa diakibatkan karena minimnya informasi yang diterima oleh masyarakat. Anggapan dan isu keliru yang selama ini disampaikan secara turun-temurun dari mulut ke mulut juga memengaruhi menyebarnya stigma tersebut. Berikut merupakan tiga anggapan mengenai gangguan jiwa yang keliru.

1. Gangguan jiwa tidak bisa disembuhkan

Ada beberapa anggapan di kalangan masyarakat yang mengatakan bahwa gangguan jiwa diakibatkan oleh gangguan makhluk halus sehingga tidak bisa disembuhkan. Anggapan ini sangat santer di masyarakat, namun ini adalah anggapan yang keliru. Banyak ODGJ yang ditangani oleh tenaga medis di rumah sakit yang bisa pulih kembali, dengan intervensi medis yang berbeda-beda bergantung pada jenis penyakitnya. Dengan meminum obat, kontrol secara rutin, komunikasi terapeutik, dan aktivitas yang sesuai, ODGJ bisa disembuhkan sehingga bisa aktif kembali untuk bisa mandiri dan produktif di masyarakat. Bukti tersebut menyangkal anggapan bahwa gangguan tidak bisa disembuhkan.

Banyak orang beranggapan jika gangguan jiwa mudah kambuh kembali, sehingga muncul anggapan bahwa mengobatinya adalah hal yang sia-sia. Ternyata gangguan jiwa sama halnya dengan penyakit lain yang bisa kambuh. Hipertensi dapat kambuh kembali jika tidak diobati secara rutin. Diabetes jika tidak terkontrol bisa tinggi lagi gula darah nya, stroke bisa kambuh lagi. Gangguan jiwa juga sama halnya dengan penyakit fisik tersebut. Jika tidak minum obat, tidak kontrol, itu bisa kambuh kembali.

Ketika seseorang mengalami gangguan jiwa, artinya ada organ tubuh yang terganggu, sehingga itu menjadi bagian dari penyakit. Kadas kurap artinya ada gangguan di kulit, sakit gigi ada di mulut, diabetes ada gangguan di pankreas, sumbatan darah itu di ada pembuluh darah, penyakit jantung letaknya jantung, stroke ada sumbatan di otak. Penyakit fisikpun ada gangguan yang terkena. Pun dengan gangguan jiwa, ada bagian tubuh yang terkena, yaitu di saraf otak dan cairan kimia.

2. ODGJ tidak dapat produktif

ODGJ yang sudah mendapatkan pengobatan dapat melakukan rehabilitasi. Beberapa rumah sakit jiwa di Indonesia, seperti RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor memiliki layanan rehabilitasi psikososial yang dapat melatih keterampilan ODGJ agar dapat mandiri dan produktif kembali. Sehingga, anggapan bahwa ODGJ tidak dapat produktif adalah anggapan yang salah. Di kalangan masyarakat juga masih terdapat panggilan dan pelabelan negatif terhadap ODGJ, hal tersebut sudah harus ditinggalkan.

3. Tidak ada fasilitas layanan kesehatan jiwa yang memadai

Dulu, jika ada orang yang mengalami gangguan jiwa, keluarganya justru berusaha ke dukun, kuburan, bahkan direndam di sungai. Saat ini banyak fasilitas kesehatan di Indonesia dari mulai Puskesmas sampai rumah sakit yang menyediakan obat dan intervensi kesehatan lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk penyembuhan gangguan jiwa. Di fasilitas kesehatan juga terdapat tenaga-tenaga profesional kesehatan jiwa seperti psikiater, psikolog, maupun perawat jiwa yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesembuhan pada ODGJ.

 

Artikel oleh:
Iyep Yudiana, S.K.M., M.K.M.

Promotor Kesehatan Jiwa Masyarakat

RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

  • Share to :