August 03, 2021
loading

Burnot Syndrome, Atasi dengan Cara Ini

Posted by    admin

Di masa pandemi ini terkadang kita merasa seolah-olah terkungkung oleh keadaan karena semuanya serba terbatas. Kebiasaan lama kita yang selalu bergerak dan beraktivitas dengan mobilitas tinggi, kini harus berubah. Pandemi membuat kita terpaksa untuk membatasi pergerakan fisik. Kita dihadapkan pada suatu pola kehidupan ataupun pola peradaban baru yang berbeda dari sebelumnya. Ini menuntut kita untuk memiliki kemampuan dalam menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi saat ini.

Kondisi yang berubah ini  bisa menimbulkan ketegangan emosi maupun rasa lelah yang berlebih. Karena keterbatasan ini, kebosanan, kelelahan, kekesalan, bahkan kemarahan bisa menimpa kita semua. Terkadang kita tidak tahu kemarahan itu untuk siapa dan asalnya dari mana. Itulah kondisi yang potensial terjadi pada kita saat ini, apalagi bagi kalangan pekerja yang kondisi psikisnya sering terganggu karena alasan pekerjaannya.

Burnout syndrome atau yang sering disebut burnout merupakan kondisi ketegangan mental terhadap kondisi atau peristiwa yang biasanya berhubungan dengan kondisi pekerjaan seseorang. Seorang pekerja bisa mengalami burnout karena aktivitas kerja rutinitas sehingga menimbulkan kebosanan, memikirkan jenjang kariernya yang stagnan, merasa gaji atau pendapatan yang tidak sesuai, beban kerja terlalu banyak, dan kehidupan pekerjaan yang tidak seimbang, atau hubungan personal dengan rekan kerja yang tidak nyaman dan penuh konflik.

Tanda-tanda seseorang mengalami burnout adalah adanya motivasi kerja yang menurun, produktivitas kerja menurun, mudah lelah, mudah tersinggung, mudah marah, perubahan pada pola tidur/istirahat, makan, dan aktivitas sosial lainnya. Untuk bisa mengatasi kondisi tersebut, kita perlu memiliki kemampuan atau strategi untuk menghadapi situasi yang menyebabkan stres atau coping skill. Coping skill bisa bermanfaat untuk membantu kita dalam mengatur emosi yang muncul ketika perasaan kita sedang tidak baik-baik saja. Dengan coping skill, kita bisa mengendalikan suasana hati, pikiran, maupun perasaan agar tidak mengalami gangguang psikis yang lebih parah lagi.  Berikut merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi burnout.

1.     Aware

Agar dapat mengatasi keadaan burnout, Anda perlu menyadarinya terlebih dahulu, mengelolanya menjadi energi positif, sehingga Anda akan tahu langkah apa yang selanjutnya harus dilakukan. Kesadaran seperti “Sepertinya aku sudah mengalami dan merasakan ini” akan membuat Anda lebih baik. Sementara, penyangkalan seperti “Aku enggak apa-apa” ketika Anda sebetulnya sedang tidak baik-baik saja tidak disarankan. Tidak apa-apa jika Anda mengatakan pada diri sendiri “I’m not OK” ketika sedang menghadapi situasi sulit, karena itu sangat wajar.

2.     Insight

Setelah menyadari bahwa Anda sedang tidak baik-baik saja, Anda selanjutnya akan menentukan sendiri bagaimana solusi untuk mengatasi keadaan tersebut. Problem solving yang akan dilakukan bisa berbeda-beda pada setiap individu. Contoh kegiatan yang bisa mengendalikan keadaan psikis adalah bercerita kepada orang yang dapat dipercaya, ataupun menulis tentang masalah apa yang sedang dihadapi. Hal itu dilakukan agar mendapatkan perasaan lebih tenang dan lega. Meditasi dan berdoa juga hal yang bisa dilakukan dalam kondisi ini. Jika Anda sudah tidak sanggup mengontrol apa yang terjadi terhadap psikis Anda, sebaiknya Anda mengonsultasikan hal tersebut ke profesional seperti psikiater, psikolog, ataupun konselor.

3.     Action

Tentu kita memerlukan tindakan nyata untuk mengatasi kondisi psikis yang tidak baik-baik saja, seperti burnout. Action itu dilakukan untuk dapat meredakan burnout yang terjadi. Jika Anda sudah menentukan hal apa yang akan dilakukan, selanjutnya adalah melakukan rencana tersebut. Jika Anda menganggap bercerita adalah pilihan yang tepat, maka pastikan hal itu akan membuat Anda lebih baik. Bagikan kisah Anda kepada orang yang Anda percaya, misalnya, keluarga, pasangan, atau teman dekat. Harapannya, orang tersebut akan aware dan paham terhadap apa yang Anda alami, sehingga Anda akan merasa nyaman dan lega ketika bercerita. Dukungan orang terdekat terhadap individu sangat penting agar individu tersebut merasa masih diterima, dan merasa dirinya berharga. Bercerita di media sosial tidak dianjurkan jika itu mengakibatkan adanya penghakiman dari orang lain yang justru tidak akan menyelesaikan masalah.

Kemampuan setiap individu dalam penyesuaian diri terhadap situasi burn out sangat berperan untuk menemukan dan menjalankan solusi penyelesaian.

 

Artikel oleh:

Desi Mustikawati Handayani, S.Psi., M.Si., Psikolog

Psikolog di RS Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

  • Share to :