April 27, 2022
loading

Hadirkan serta Tularkan EMPATI dan KEBAIKAN untuk Kesehatan Jiwa

Posted by    admin

Pandemi Covid-19 meninggalkan begitu banyak luka, trauma dan kepedihan. Survey 2 tahun yang dilakukan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia menunjukkan ada 75% masyarakat Indonesia yang mengalami masalah psikologis.

Covid-19 adalah virus yang sangat menular dan menakutkan, sama dengan rasa empati dan kebaikan yang juga menular tapi menyenangkan.

Apakah yang perlu dihadirkan pada situasi pandemi seperti ini ? EMPATI dan KEBAIKAN bisa jadi jawabannya.

Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri sendiri pada posisi orang lain sehingga dapat merasakan apa yang dirasakannya, melihat apa yang dilihatnya dan berpikir apa yang dipikirkannya.

Empati berbeda dengan Simpati yang hanya menyatakan di bibir apa yg kita rasakan dan orang lain rasakan.

Empati lahir dari lubuk hati terdalam, dari cinta kasih yg kita miliki untuk orang yang kita perhatikan, hormati dan sayangi tersebut. Empati adalah rasa tulus yang tidak dibuat buat, fokus pada orang yang mengalami peristiwa tidak diharapkan.

Empati adalah melihat dengan mata orang lain, mendengar dengan telinga orang lain, dan merasakan dengan hati orang lain.

Tidak mudah memiliki rasa Empati, tidak semua orang memilikinya dan tidak semua orang punya keterampilan untuk menunjukkannya. Bahkan seorang Psikiater (ahli jiwa) pun digembleng untuk mengasah rasa empatinya pada setiap pasien yang ditanganinya. Karena dengan Empati lah proses pemulihan itu dimulai.

Empati bukan hanya teori psikologi semata. Saat kita menyaksikan suatu peristiwa, mendengar dan merasakannya ada bagian otak yang disebut "Mirror Neuron" yang juga ikut teraktivasi dan kemudian ikut merasakan hal yang sama. Inilah proses di otak yang memunculkan rasa Empati. 

Perbedaan Simpati dan Empati

Simpati :

- Aku tahu apa yang Kamu rasakan

- Judgement

- Memberikan nasihat yg tidak diminta

- Memahami dari perspektif sendiri

- Kasihan banget Kamu

- Hanya melihat di permukaan

- Menekan perasaanmu dan orang lain

 

Empati :

- Aku merasakan apa yang Kamu rasakan

- No Judgement

- Hanya mendengarkan

- Menempatkan dirimu di posisinya

- Aku dapat memahami apa yang Kamu rasakan, itu tentunya hal yg berat ya

- Sensitif terhadap komunikasi non verbal yg ditunjukkan

- Menyadari dan menvalidasi emosi yg ditunjukkan

 

Empati tidak cukup diucapkan dan dituliskan tapi dalam empati ada AKSI yaitu melakukan kebaikan. Lonceng bukanlah lonceng sampai ia dibunyikan, lagu bukanlah lagu sampai dia dinyanyikan, EMPATI bukan lah empati sampai dia dinyatakan dalam sebuah aksi KEBAIKAN. Jangan lah jadi gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing tapi LAKUKAN kebaikan yang penuh kasih  lewat aksi nyata.

Sama seperti virus ini yang sangat menular, EMPATI dan KEBAIKAN pun cepat sekali menular karena "Mirror Neuron" di otak akan teraktivasi ketika kita melihat orang lain berempati dan menunjukkan kebaikan, sehingga kita menirunya dan semua orang menirunya. Hadirkan dan tularkan empati serta kebaikan pada banyak orang.

"Bersikap baiklah pada setiap orang karena mereka masing masing memiliki perjuangan yg kadang tidak kita pahami."

TERIMA KASIH kepada semua yang sudah menghadirkan empati dan kebaikan selama Pandemi ini. Terima kasih untuk setiap bantuan bagi tenaga medis, terima kasih untuk support nutrisi bagi para frontliners, terima kasih untuk kemudahan di tempat kerja dan sekolah, terima kasih untuk selalu setia menunggu pulang, terima kasih untuk keberanian selalu melayani.

Mari berempati pada mereka yg terkena infeksi Covid-19, pada mereka yg harus kehilangan pekerjaan dan penghasilan,  pada mereka yang kelaparan, pada mereka yang melayani di RS, pada pemerintah yang sudah berupaya menghadirkan kebaikan, pada semua yang membutuhkan. Mari hadirkan kebaikan bagi mereka.....

"...hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati."  (Peter)

When 'I' replace by 'We', even Illness become Wellness

 

Salam SEJI-GO

(Sehat Jiwa Bersama Lahargo)

 

dr.Lahargo Kembaren, SpKJ

Psikiater
Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS.Jiwa dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor

  • Share to :