April 14, 2019
loading

PHONOLOGICAL AWARENESS (Kesiapan Membaca Pada Anak)

Posted by    admin

Bapak dan ibu, apakah pernah mengalami betapa sulitnya mengajarkan anak membaca? Di usia 6 atau 7 tahun yang semestinya mereka diharapkan sudah mampu membaca, ternyata belum bisa juga. Padahal sudah kenal huruf/abjad mulai dari A-Z tapi ketika harus membaca rangkaian huruf tersebut mereka kebingungan. Saat menulis pun perlu dibantu dengan menyebutkan huruf demi huruf yang mesti dituliskan satu persatu.

Baiklah, sebenarnya masalahnya ada dimana ya? Sebelum menduga anak kita mengalami kesulitan belajar spesifik seperti dyslexia, ada baiknya kita mengamati lagi kira-kira kemampuan apa lagi yang mesti ditingkatkan pada anak untuk membantu mempermudah mereka dalam belajar membaca.

Kemampuan membaca ternyata erat hubungannya dengan phonological awareness skill pada anak. Apa itu phonological awareness?

Yopp & Yopp (2009) mendefinisikan phonological awareness sebagai sensitivitas/kepekaan terhadap struktur suara/bunyi dari bahasa. Ini adalah kemampuan seseorang untuk berpindah atensi menuju suara/bunyi dari bahasa yang diucapkan sambil bergiliran memahami maknanya secara temporer.

Phonological awareness skill ini adalah aspek penting dalam membangun kemampuan membaca yang baik pada anak. Dengan memiliki phonological awareness skill yang baik, artinya anak mampu memanipulasi suara dan kata-kata atau "bermain" dengan suara dan kata-kata. Contohnya : anak mampu memecah/memenggal kata "buku" menjadi suara/bunyi tunggal "b - u - k - u". Penjelasan ini agak sulit dicontohkan dalam tulisan, lebih clear ketika mendengar contoh suara langsung. Coba dipraktekkan sendiri seperti apa bunyi huruf "b", akan lebih terdengar seperti bunyi eb/beh, bukan sekedar literally huruf "b/be".

Anak yang belum terampil dengan phonological awareness skill ini akan bingung membedakan suara/bunyi huruf dengan cara menuliskan huruf tersebut. Apakah huruf "b" itu artinya ditulis dengan b dan e, bagaimana dengan suku kata "be" di kata bebek misalnya, nanti justru di tulis be-e atau dihilangkan bunyi "e" nya menjadi bbk. Mudah-mudahan penjelasan ini bisa dipahami.

Phonological awareness ini meliputi keterampilan sebagai berikut (saduran bebas dari berbagai sumber) :

1. Mengenali kata-kata yang berrima/bersajak (duka-buka, cerai-berai, santun-pantun dll) dan berhasil menyebutkan padanan kata yang memiliki rima yang sama (contoh : sebutkan kata yang ber-rima dengan "pantai" jawab : "lantai").

2. Segmentasi kata-kata dalam kalimat (aktivitas yang bisa dilakukan : tepuk tangan satu kali untuk satu kata yang kamu dengar. Contoh : "kucing itu lucu", 3 kata berarti tepuk tangan 3x)

3. Memadukan suku kata. (Contoh : pisahkan kata "bunga" ke dalam suku kata. jawab : "bu-nga").

4. Segmentasi suku kata. (Contoh aktivitas : tepuk tangan untuk setiap suku kata yang kamu dengar dalam kata "makan". Jawab : Ma-kan, 2 suku kata, 2x tepuk tangan).

5. Menghapus suku kata. (Contoh : ucapkan kata "strawberry". Sekarang ucapkan lagi tanpa mengatakan "straw").

6. Mengidentifikasi bunyi/suara dalam kata (contoh : bunyi/suara apa yang terakhir kamu dengar dalam kata "tulip")

7. Memadukan suara/bunyi (contoh : gabungkan suara ini bersamaan menjadi kata. D-oo-r).

8. Segmentasi bunyi/suara (contoh : katakan tiap bunyi/suara yang kamu dengar dari kata "dada")

9. Menghapus bunyi/suara (katakan "rambut". Sekarang ucapkan lagi tanpa bunyi terakhir "t").

10. Menambahkan bunyi/suara (katakan "sakit". Sekarang ucapkan lagi dengan "i" diujungnya).

11. Memanipulasi bunyi/suara (ubah "s" di kata "sedih" menjadi "p" dan ucapkan kata yang baru).

Phonological awareness ini adalah dasar dari membaca. Anak mulai belajar membaca dari mendengarkan orang lain membacakan sesuatu untuknya (teknik "read aloud"), kemudian mengenali bunyi/suara dalam kata-kata, menyuarakan sendiri bunyi/suara tersebut, mengenali kata-kata yang familiar dan seterusnya. Dengan terlibat dalam permainan kata, anak belajar untuk mengenali pola antara kata, dan mengembangkan kemampuan ini untuk membaca dan mengembangkan kata.

Semoga tulisan ini dapat membantu mengatasi kegalauan ibu-ibu dalam menghadapi anak usia sekolah yang belum mahir membaca.

 

Miranty Novia Wardhani, S.Psi

Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

  • Share to :